Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk.
Masyarakat sudah tidak asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun kubis, lalat pengorok daun, kutudaun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri, penyakit bengkak akar, nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi. Kehilangan hasil tanaman sayuran akibat serangan OPT di pertanaman diperkirakan mencapai 25-100% dari potensi hasil.
Di samping menurunkan kuantitas produksi, serangan OPT juga dapat menurunkan kualitas dan harga produk, serta daya saing produk di pasar. Secara ekonomis kerugian tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun.
Dalam upaya memperkecil kerugian ekonomi usahatani sayuran akibat serangan OPT, pada umumnya para petani masih sangat menggantungkan pada penggunaan pestisida kimia sintetik, meskipun PHT sudah menjadi kebijakan pemerintah.
Mereka masih mengikuti paradigma perlindungan tanaman konvensional, preventif dan prinsip asuransi yang cenderung berlebihan. Penggunaan pestisida yang yang tidak tepat dan tidak benar baik jenis maupun dosis penggunaannya seringkali menimbulkan masalah OPT dan ledakan OPT diantaranya:
1. Resistensi hama.
Secara kualitatif laporan dan keluhan tentang semakin tidak manjurnya jenis-jenis pestisida tertentu semakin sering disampaikan oleh para petani atau petugas lapangan.
Beberapa OPT sayuran dilaporkan telah resisten terhadap pestisida tertentu, antara lain ulat daun kubis, (Plutella xylostella),ulat buah tomat (Helicoverpa armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat bawang (Spodoptera exigua), lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis) dan ulat penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella)
2. Resurgensi hama.
Resurgensi terjadi pada beberapa hama penting seperti kutu daun persik (Myzus persicae) dan ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana)
3. Ledakan OPT sekunder.
Ketika musuh alami mengalami kematian akibat aplikasi pestisida. Ada OPT lain yang awalnya bukan OPT utama populasinya akan meningkat, karena musuh alami yang awalnya mampu menjaga kepadatan populasinya selalu rendah menjadi tidak ada, atau kepadatan populasinya tidak lagi mampu mengendalikannya.
4. Residu pestisida.
Sejak tahun 1980, residu pestisida telah ditemukan mencemari beberapa jenis sayuran seperti kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel pada daerah-daerah sentra sayuran di Jawa Barat (Pacet, Pengalengan, Lembang), Jawa Tengah (Getasan, Ambarawa, Tawangmangu) Jawa Timur (Batu), Sumatera Utara, dan Jambi.
5. Kesehatan manusia.
Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur.
Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi faktor “carsinogenic agent” baik pada hewan dan manusia.
6. Masalah lingkungan.
Sebagian besar pestisida tidak hanya membunuh organisme pengganggu, akan tetapi banyak juga yang membunuh wildlife dan organisme non target dan mikroorganisme.
Beberapa pestisida persisten pada jaringan tanaman dan tanah dalam waktu yang lama, dan beberapa juga terakumulasi tidak hanya dalam tubuh serangga, akan tetapi juga pada hewan-hewan yang memakan seranggga tersebut. Pestisida juga dapat terikut dalam aliran sungai dan danau, dan mungklin meracuni kehidupan perairan.
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia tersebut, upaya perlindungan tanaman sayuran dilakukan berbasis pada pengelolaan ekosistem secara terpadu dan berwawasan lingkungan.
Hal tersebut dilakukan karena konsumen tidak hanya menuntut produk sayuran yang aman bagi kesehatan, bebas residu pestisida kimia, tapi juga menuntut produk sayuran yang diproses dengan teknologi perlindungan tanaman yang akrab lingkungan.
Salah satu alternatif teknologi pengendalian OPT adalah penggunaan pestisida nabati yang lebih alami. Alam sebenarnya telah menyediakan bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi serangan OPT pada tanaman sayuran.
Oleh sebab itu, aplikasi pestisida nabati perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan, karena jenis pestisida ini mudah terurai di lingkungan, kurang beracun terhadap jasad berguna, relatif lebih murah dan mudah diperoleh.