Persinggahan sementara adalah kematian. Karena awal kehidupan di bumi adalah pencarian identitas. Kehidupan neraka dan atau surgawi merupakan hasil akhir yang akan dikeluarkan.
Ketaatan menjadi dogma, adab menjadi hikmah dan semuanya bercampur dalam satu nafas pencarian ke kekalan.
Lalu berputar memusingkan hingga titik persetubuhan terdalam. Mencari nilai kenikmatan dalam intrik, tersesat atau menyesatkan, menikam atau ditikam hingga titik nafsu kesombongan mencelat tinggi dalam ujud kesempurnaan.
Akhirnya terbaring lemah, menanti sisa-sisa ketakutan terakhir dipelukan sayap-sayap Izrail.
Layu bergenang airmata diharibaan ibu…
Digugah pertanyaan yang tak berbahasa tapi terjawab dalam ribuan fakta…
Oh, itukah awal mata terbuka? Biarkan semua berkata, meriuh dan berebut menjadi saksi. Mulutpun menjadi lawan tangguh tanpa bisa berbantah hingga jeritan pilu sendiri berkalap ria membenarkan semua kegelapan yang menyusup jauh dalam aliran darah…
Jika yang berhak telah membaca, jika pohon telah luruh tunggulah bersama-sama dalam kegarangan amarah atau kelembutan nan bijaksana…
Mahluk-mahluk tak bernoda adalah kelahiran yang dicelupkan dalam ribuan warna.
Apakah akan berdiri dijalur sama atau hanya saling menatap dan kemudian riuh dengan penghambaan masing-masing?
Banda Aceh, 5 Oktober 2017