Organik.top — Klaim baru dari daratan Eropa menyebutkan jika Timun dan Kol dapat meningkatkan imunitas tubuh, terutama terhadap infeksi virus corona. Dalam studi pendahuluan tersebut diungkapkan dengan mengkonsumsi kol atau kubis dan mentimun sebanyak 1 gram per hari bisa mengurangi angka kematian akibat virus corona suatu negara.
Hasil penelitian tersebut diungkapkan oleh Jean Bousquet, yang merupakan profesor kedokteran bagian paru Universitas Montpellier, Prancis. Dalam pernyataannya ia juga menyataakan jika selada berpotensi memberikan efek sebaliknya. Sementara sayuran lainnya tidak menunjukkan manfaat melawan infeksi seperti yang diharapkan.
Riset yang belum ditinjau untuk dipublikasikan secara luas ini, masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Para peneliti mengingatkan bahwa, “Hasilnya dapat dipengaruhi oleh ketidakpastian seperti kematian yang dihitung secara berbeda di beberapa negara”. Namun ini merupakan “Upaya pertama menghubungkan tingkat kematian dengan pola konsumsi makanan” tambah mereka lagi.
Bousquet, Mantan Ketua Aliansi Global WHO melawan Penyakit Pernafasan Kronis seperti dikutip melalui South China Morning Post, mengungkapkan bahwa, “Nutrisi tidak boleh diabaikan sebagai faktor di balik kematian Covid-19”.
Mereka mencatat bahwa persentase angka kematian Covid-19 tertinggi di dunia ada di Belgia, Inggris, Spanyol, Italia, Swedia dan Prancis. “Lebih dari 800 orang meninggal per juta orang di Belgia”, ungkapnya.
“Angka ini dua kali lipat dari Amerika Serikat, negara yang paling parah dilanda pandemi”, tambah mereka lagi.
Dari sana, mereka mencatat sejumlah faktor kesamaan yang dapat mempengaruhi kematian seperti pola penanganan tindakan lockdown dan variasi iklim bervariasi. “Namun yang terpenting, mereka memiliki satu kesamaan yaitu kubis dan mentimun bukanlah bagian utama dari menu makanan”, paparnya lagi.
Latvia dan Siprus
Hasil perbandingan dengan negara sekitar, “Seperti Latvia, mereka hampir mengkonsumsi sekitar 30 gram kol rata-rata per hari. Sedangkan angka kematian dari Covid-19 termasuk yang terendah di dunia, yaitu 16 per juta orang.
Selain itu, para peneliti juga melihat pola yang sama dalam konsumsi mentimun. Penduduk Siprus yang banyak mengkonsumsi kol, “Tetapi lebih dari 30 gram mentimun telah dikonsumsi rata-rata per hari. Dan tingkat kematian di Siprus setara dengan Latvia”.
Alasan Klaim
Dari penelitian bahwa Protein Nrf2 dalam tubuh manusia akan membantu mengikat partikel-partikel virus Corona sehingga mampu mengurangi kerusakan yang muncul. Protein ini bisa didapatkan dari konsmsi kubis dan mentimun.
Sedangkan dalam penelitian lain sebelumnya, telah disarankan agar sayuran yang memiliki senyawa alami – curcumin, sulforaphane dan vitamin D – sekaligus nantinya dapat meningkatkan produksi Nrf2 agar di konsumsi secara kontinyu.
Sehingga para peneliti tersebut mengambil kesimpulan sementara bawha “Orang yang lebih banyak memakan timun dan kol dalam menu mereka akan lebih kuat untuk melawan virus”.
“Ini akan membantu pertempuran melawan pandemi jika kita bisa menemukan kunci rahasia di dalam makanan, tetapi sejauh ini bukti tidak cukup kuat untuk mendukung teori ini,” katanya.
Seorang ahli epidemiologi dari Institut Pasteur di Shanghai, mengatakan penelitian itu memiliki keterbatasan dan mencatat bahwa itu dilakukan peer review. Dia mengatakan hasil studi ini harus diperlakukan dengan hati-hati, dan orang-orang dapat ‘menggunakan akal sehat secara ilmiah untuk membuat penilaian’ alias tak menelannya mentah-mentah dan impulsif buying untuk memborong kol dan mentimun.
Sekilas Kol
Kubis, kol, atau kol gepeng merupakan sayuran yang masuk dalam famili Brassica oleracea. Seperti Kembang Kol, Brokoli dan Kailan. Dikutip dari laman wikipedia, sulit untuk melacak sejarah yang tepat dari tanaman ini. Kemungkinan kubis telah mulai dibudidaya sebelum 1000 SM oleh bangsa Eropa.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization, FAO) menyebutkan bahwa produksi kubis dan brassica lainnya pada tahun 2011 mencapai hampir 69 juta ton kubik dengan wilayah penghasil utama adalah Cina.
Kol di Indonesia
Bagi masyarakat Indonesia, sayur kol memiliki cerita sejarah yang berhubungan masa penjajahan bangsa Eropa. Hal tersebut diungkapkan oleh sejarawan kuliner, Fadly Rahman. “Kalau melihat dari perjalanan kolnya sendiri, secara historis kol bukan tanaman Indonesia, tapi tanaman dari Eropa, dibawa dibudayakan oleh orang Eropa abad 17. Sekarang sudah jadi tanaman kita,” kata Fadly seperti dikutip dari laman KompasTravel.
Ia menyebutkan jika berdasarkan serat Centhini terbitan tahun 1816, ada sayuran-sayuran dari Eropa yang dibawa seperti peterseli, kol, kentang, nanas dan sayuran lainnya.
“Sayuran itu yang dibutuhkan mereka pada masa itu. Kol memang disukai sebagai sayuran pelengkap, entah sebagai garnis, entah bahan di sayur seperti sop. Kol punya kandungan air yang cukup. Itu kenapa kalau sekarang pecel lele, ada juga kol digoreng.” katanya.
Ia mengatakan sayur kol digemari lantaran punya kandungan air yang tinggi. “Itu alasan kenapa kol juga dipakai sebagai sensasi tersendiri untuk bahan makan seperti lalapan. Perkembangannya, setelah kol dibudidayakan secara agrikultur, kol jadi varietas lalapan misalnya orang Sunda. Kol itu sebenarnya bukan tanaman lokal di Jawa Barat,” ujarnya.
Manfaat Kol
Kandungan mineral dan vitamin yang tinggi, membuat kol termasuk sayur yang kaya manfaat bagi tubuh manusia. Berikut beberapa manfaat kol yang telah dirangkum:
- Menyehatkan jantung: Kubis merah yang kaya akan kandungan anthocyanin, memiliki kontribusi untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Asupan anthocyanin yang tinggi diketahui mencegah serangan jantung pada perempuan. Hal ini di sebutkan oleh Medical News Today, bahwa komponen tersebut bermanfaat dalam menekan inflamasi yang mengarah pada penyakit kardiovaskular.
- Peningkatan imunitas dan kesehatan pencernaan: Melalui olahan sauerkraut (hidangan khas Jerman) dan kimchi yang di proses melalui fermentasi membuatnya menjadi sayur yang mengandung probiotik sehingga baik untuk sistem imun tubuh dan pencernaan. Enzim yang diproduksi mikroba selama fermentasi membuat vitamin dan mineral mudah diserap tubuh.
- Asupan sehat buat otak: Dengan kandungan vitamin K yang tinggi, membuatnya berkontribusi sebagai sayuran yang baik bagi otak. Dari Healthline, disebutkan dalam satu cangkir (89 gram), kubis hijau mentah mengandung 85 persen vitamin K.
Perlu diketahui bahwa Vitamin K pada kubis termasuk jenis vitamin K1 (phylloquinone). Vitamin ini akan larut dalam lemak dan bermanfaat untuk fungsi mental dan konsentrasi. Perpaduan dengan anthocyanin pada kubis merah akan mencegah kerusakan saraf serta meningkatkan pertahanan terhadap penyakit Alzheimer dan demensia.
- Sayuran Diet: Bagi yang menjalankan program penurunan berat badan, kubis termask pilihan utama. Sebab sayur ini mengandung serat yang tinggi. Dari secangkir kubis mentah, terdapat 2 gram serat.
- Cegah kanker: Adanya kandungan sulforaphane di dalam kubis, membuatnya menjadi sayur yang memiliki potensi sebagai penurunan risiko kanker. Komponen sulfur atau sulforaphane tersebut berkontribusi pada rasa pahit sayuran, kandungan inilah yang disebut mampu melawan kanker.
Selain itu, studi dari University of Missouri melihat adanya komponen lain, apigenin, yang juga terdapat pada kubis, seledri, dan parsley. Mereka menyebutkan komponen ini bisa menurunkan ukuran tumor saat sel berkembang secara agresif menjadi kanker payudara.
- Meningkatkan kesehatan mata: Adanya kandungan lutein membuat kubis berkontribusi pada kesehatan mata. Lutein bersama komponen antioksidan lain memproteksi retina dan lensa mata dari sinar ultraviolet. (dbs)